Assaalam,
Hola ganbro n sisbro semua, semoga masih dalam keadaan sehat walafiat, dan diberikan kecukupan rizki dalam mengarungi dunia yang fana ini. Seperti biasa dihari Jum'at yang barokah ini, ditambah hari ini gajian makin terasa barokah nya (lol), gue mau sekedar sharing ke ganbro n sisbro semua, semoga menambah ilmu kita semua ya. Nah kali ini gue mau bahas sedikit tentang riya'. Udah tau dong apa sih riya itu sebenarnya? Yah paling engga pasti pernah denger kan? atau pernah dengar kata Pamer? Nah riya' dan pamer itu satu keluarga hehe daripada panjang lebar yuk langsung kita bahas, cekidot ganbro n sisbro semua...
Menurut bahasa riya’
berarti pamer, memperlihatkan, memamerkan, atau ingin memperlihatkan yang bukan
sebenarnya. Sedangkan menurut istilah riya’ dapat
didefinisikan “memperlihatkan suatu ibadah dan amal shalih kepada orang lain,
bukan karena Allah tetapi karena sesuatu selain Allah, dengan harapan agar
mendapat pujian atau penghargaan dari orang lain.” Sementara
memperdengarkan ucapan tentang ibadah dan amal salehnya kepada orang lain
disebut sum’ah (ingin didengar).
Pernah ga ganbro n sisbro ngeliat seseorang update status tentang ibadah yang dilakukan, misalnya saat buka puasa yang sifatnya sunnah, atau sehabis melaksanakan ibadah-ibadah sunnah lainnya. Hal seperti ini berpotensi besar loh mengundang riya' ke dalam hati kita, sasaran empuk para setan dan dedengkotnya.
Riya’ dan sum’ah
merupakan perbuatan tercela dan merupakan syirik kecil yang hukumnya
haram.Riya’ sebagai salah satu sifat orang munafik yang seharusnya dijauhi oleh
orang mukmin. Lebih jelasnya coba gan n sisbro simak QS. An Nisa’ : 142 dibawah ini :
إِنَّ الْمُنَافِقِينَ يُخَادِعُونَ اللّهَ
وَهُوَ خَادِعُهُمْ وَإِذَا قَامُواْ إِلَى الصَّلاَةِ قَامُواْ كُسَالَى
يُرَآؤُونَ النَّاسَ وَلاَ يَذْكُرُونَ اللّهَ إِلاَّ قَلِيلاً
Artinya : “Sesungguhnya orang-rang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan jika mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas, mereka bermaksud riya’ ( dengan shalat itu ) dihadapan manusia, dan tidaklah mereka dzkiri kepada Allah kecuali sedikit sekali.”
Dalam sebuah hadis,
Rasulullah bercerita, ”Di hari kiamat nanti ada orang yang mati syahid
diperintahkan oleh Allah untuk masuk ke neraka. Lalu orang itu melakukan
protes, ‘Wahai Tuhanku, aku ini telah mati syahid dalam perjuangan membela
agama-Mu, mengapa aku dimasukkan ke neraka?’Allah menjawab, ‘Kamu berdusta
dalam berjuang. Kamu hanya ingin mendapatkan pujian dari orang lain, agar
dirimu dikatakan sebagai pemberani. Dan, apabila pujian itu telah dikatakan
oleh mereka, maka itulah sebagai balasan dari perjuanganmu’.”
Orang yang berjuang
atau beribadah demi sesuatu yang bukan ikhlas karena Allah SWT, dalam agama
disebut riya. Sepintas, sifat riya bisa dibilang merupakan hal yang sepele ya gan n sisbro, namun
akibatnya sesungguhnya sangat fatal loh. Sifat riya dapat memberangus seluruh amal kebaikan,
bagaikan air hujan yang menimpa debu di atas bebatuan, amal kebaikan yang telah kita lakukan menjadi percuma malah bukan pahala yang kita dapat melainkan dosa. Allah SWT berfirman dalam QS. Al-Furqan : 23 yaitu :
وَقَدِمْنَا إِلَى مَا عَمِلُوا مِنْ عَمَلٍ
فَجَعَلْنَاهُ هَبَاء مَّنثُوراً
Artinya : ”Dan Kami
hadapi segala amal yang mereka kerjakan, lalu Kami jadikan amal itu (bagaikan)
debu yang beterbangan”.
Abu Hurairah r.a.
juga pernah mendengar Rasulullah bersabda :
”Banyak orang yang
berpuasa, namun tidak memperoleh sesuatu dari puasanya itu kecuali lapar dan
dahaga, dan banyak pula orang yang melakukan shalat malam yang tidak
mendapatkan apa-apa kecuali tidak tidur semalaman.”
Begitu dahsyatnya
penyakit riya ini, hingga pernah seseorang bertanya kepada Rasulullah, ”Apakah
keselamatan itu?” Jawab Rasulullah, ”Apabila kamu tidak menipu Allah.” Orang
tersebut bertanya lagi, ”Bagaimana menipu Allah itu?” Rasulullah menjawab,
”Apabila kamu melakukan suatu amal yang telah diperintahkan oleh Allah dan
Rasul-Nya kepadamu, maka kamu menghendaki amal itu untuk selain Allah.”
Meskipun riya sangat
berbahaya, tidak sedikit di antara kita yang teperdaya oleh penyakit hati
ini. Kini tidak mudah untuk menemukan orang yang benar-benar ikhlas beribadah
kepada Allah tanpa adanya pamrih dari manusia atau tujuan lainnya, baik dalam
masalah ibadah, muamalah, ataupun perjuangan. Meskipun kadarnya berbeda-beda
antara satu dan lainnya, tujuannya tetap sama: ingin menunjukkan amaliyahnya,
ibadah, dan segala aktivitasnya di hadapan manusia, bahkan sering kita melihat ibadah dijadikan ajang pencitraan, Naudzubillah.....
Secara tegas
Rasulullah pernah bersabda, ”Takutlah kamu kepada syirik kecil.” Para shahabat
bertanya, ”Wahai Rasulullah, apa yang dimaksud dengan syirik kecil?” Rasulullah
berkata, ”Yaitu sifat riya. Kelak di hari pembalasan, Allah mengatakan kepada
mereka yang memiliki sifat riya, ‘pergilah kalian kepada mereka, di mana kalian
pernah memperlihatkan amal kalian kepada mereka semasa di dunia. Lihatlah
apakah kalian memperoleh imbalan pahala dari mereka’
Nah untuk membedakan antara amal
perbuatan yang diridhoi oleh Allah dengan amal perbuatan yang mengandung riya’ dapat dibedakan
sebagai berikut :
Amal perbuatan yang
diridhai Allah
a. Niat karena Allah
b. Ikhlas
c. Sesuai dengan
kemampuan
d. Tidak pilih kasih
e. Rahmat bagi
seluruh alam
Amal perbuatan riya’
a. Niat bukan karena
Allah
b. Tidak ikhlas
c. Mengada-ada
d. Pilih kasih
e. Ingin dipuji
f. Mengharap imbalan
Dilihat dari
bentuknya, ria dapat digolongkan 2 macam, yaitu :
a. Ria dalam niat
Ria yang berkaitan
dengan hati, maksudnya ria dalam niat, yaitu sejak awal perbuatan bahkan yang
dilakukannya tidak didasari ikhlas sebelumnya sudah didasari ria. Yang
mengetahui hanya Allah SWT dan dirinya saja.Apabila seseorang ingin melakukan
amal perbuatan baik atau tidak tergantung pada niat. Rasulullah Saw. bersabda :
ﺳَﻤِﻌْﺖُﻋُﻤَﺮَﭐﺑْﻦَﭐﻟْﺨَﻄﱠﺎﺏﻗَﺎﻝَﻋَﻠَﻰﭐﻟْﻤِﻨْﺒَﺮﺳَﻤِﻌْﺖُﺭَﺳُﻮْﻝَﺹﻉﻳَﻘُﻮْﻝُِِﺇِﻧﱠﻤَﺎﺍْﻻَﻋْﻤَﺎﻝُﺑِﺎﻟﻨﱢﻴﱠﺎﺕِﻭَﺇِﻧﱠﻤَﺎﻟِﻜُﻞﱢﺍﻣْﺮِﺉٍﻣَﺎﻧَﻮَﻯ
( متفق عليه)
Artinya : “aku mendengar Umar bin al Khaththab berkata di atas mimbar, ‘aku mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda : “Sesungguhnya segala perbuatan itu tergantung niatnya, dan sesungguhnya bagi setiap orang memperoleh sesuai apa yang ia niatkan”. (H.R.Bukhari Muslim)
b. Ria dalam
perbuatan
Yaitu memamerkan
atau menunjukkan perbuatan di depan orang banyak, agar perbuatan tersebut
dipuji, diperhatikan, dan disanjung orang lain.
Di antara contoh
riya dalam perbuatan, bila seorang pelajar terlihat belajar dengan sungguh-sungguh
hanya karena ingin mendapat nilai yang bagus. Dan dia melakukan hal itu kepada
orang tuanya hanya karena ingin mendapatkan apa yang dia minta dari orang
tuanya cepat-cepat terkabul.
Beberapa penjelasan
Allah SWT dalam Al Qur’an sehubungan dengan riya’ dalam perbuatan antara lain :
a). Melakukan ibadah
shalat tidak untuk mencapai keridlaan Allah SWT, tetapi mengaharapkan pujian,
popularitas di masyarakat. Allah berfirman dalam Q.S. Al Ma’un : 4-6 :
فَوَيْلٌ لِّلْمُصَلِّينَ. الَّذِينَ
هُمْ عَن صَلَاتِهِمْ سَاهُونَ. الَّذِينَ هُمْ يُرَاؤُونَ
Artinya : “Maka
celakalah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari
shalatnya, orang-orang yang berbuat riya”.
b). Bersedekah
didasari riya itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu
itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah ia bersih. Firman Allah dalam Q.S. Al
Baqarah : 264 :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ لاَ تُبْطِلُواْ
صَدَقَاتِكُم بِالْمَنِّ وَالأذَى كَالَّذِي يُنفِقُ مَالَهُ رِئَاء النَّاسِ
وَلاَ يُؤْمِنُ
بِاللّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَمَثَلُهُ
كَمَثَلِ صَفْوَانٍ عَلَيْهِ تُرَابٌ فَأَصَابَهُ وَابِلٌ فَتَرَكَهُ صَلْداً لاَّ
يَقْدِرُونَ
عَلَى شَيْءٍ مِّمَّا كَسَبُواْ وَاللّهُ لاَ
يَهْدِي الْقَوْمَ الْكَافِرِينَ
Artinya : Wahai
orang-orang yang beriman! Janganlah kamu merusak sedekahmu dengan
menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan penerima), seperti orang yang
menginfakkan hartanya karena ria (pamer) kepada manusia dan dia tidak beriman
kepada Allah dan hari akhir. Perumpamaannya (orang itu) seperti batu yang licin
yang di atasnya ada debu, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, maka
tinggallah batu itu licin lagi. Mereka tidak memperoleh sesuatu apa pun dari
apa yang mereka kerjakan. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang
kafir.
c). Allah melarang
pergi berperang didasari riya’ dan menghalangi (orang) lain menempuh jalan
Allah (sabilillah). Allah berfirman dalam Q.S. Al Anfaal : 47 :
وَلاَ تَكُونُواْ كَالَّذِينَ خَرَجُواْ مِن
دِيَارِهِم بَطَراً وَرِئَاء النَّاسِ وَيَصُدُّونَ عَن سَبِيلِ اللّهِ وَاللّهُ
بِمَا
يَعْمَلُونَمُحِيطٌ
Beberapa ciri orang
yang mempunyai sifat riya’ dalam perbuatan :
a. Tidak
akan berbuat baik jika tidak dilihat orang lain atau tidak ada imbalan baginya
b. Melakukan
amal saleh tanpa dasar, hanya ikut-ikutan.
c. Tampak
rajin penuh semangat jika amal perbuatannya dilihat atau dipuji-puji orang.
d. Ucapannya
selalu menunjukkan bahwa dia yang paling hebat, paling tinggi dan paling mampu.
Bahaya-bahaya yang
ditimbulkan dari sikap riya’ adalah :
a. Terhadap diri
sendiri :
1). Selalu tidak ada
puasnya, sekalipun hidupnya sudah berkecukupan sehingga berpotensi untuk
korupsi dan mengambil hak orang lain
2). Selalu ingin
dipuji dan dihormati
3). Ketidakpuasan,
sakit hati dan penyesalan ketika tidak dihargai.
4). Sombong dan
membanggakan diri
5). Tidak dapat
bersungguh-sungguh dalam beribadah kepada Allah dan dalam
berinteraksi
dengan sesama manusia.
6). Menyesal jika
telah melakukan perbuatan baik hanya karena tidak ada orang lain yang
melihatnya atau tidak ada imbalannya
7). Jiwanya akan
terganggu karena kegelisahan/keluh kesah yang tiada henti
8). Di akhirat akan
dicampakkan ke dalam api neraka.
b. Terhadap orang
lain
1). Berpotensi
saling bermusuhan, karena ia mengungkit apa yang yang diberikannya kepada
orang lain.
2). Memamerkan
amalnya kepada orang lain, sehingga orang lain menjadi benci dan tidak
senang terhadapnya
3). Sikap dan
perilakunya yang ria akan berpotensi menimbulkan pertikaian dan akhirnya
menimbulkan pengrusakan
Tanda-tanda riya’
Tanda-tanda penyakit
hati ini pernah dinyatakan oleh Ali bin Abi Thalib. Kata beliau, ”Orang yang
riya itu memiliki tiga ciri, yaitu malas beramal ketika sendirian dan giat
beramal ketika berada di tengah-tengah orang ramai, menambah amaliyahnya ketika
dirinya dipuji, dan mengurangi amaliyahnya ketika dirinya dicela.”
Kebiasaan yang dapat
menghindari perbuatan riya
a. Memfokuskan niat
ibadah (ikhlas) hanya semata-mata karena Allah SWT
b. Membiasakan diri
membaca basmallah sebelum memulai pekerjaan
c. Membiasakan
menjaga lisan saat bekerja
d. Membiasakan diri
menolong atau membantu pekerjaan orang lain tanpa harus disuruh
dan
meminta imbalan
e. Membiasakan
bersedekah atau mengeluarkan infaknya setiap mendapat rezeki atau
kesenangan
f. Membiasakan diri
untuk bersyukur kepada Allah SWT
Allah SWT berfirman
:
وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِن شَكَرْتُمْ
لأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِن كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ
Artinya : “Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih." (Q.Ibrahim : 7)
Nah udah tau kan akhirnya ganbro n sisbro semua bahayanya Riya' dalam kehidupan kita. Jangan sampai ibadah yang telah kita lakukan dengan susah payah menjadi sia-sia hanya karena setitik rasa Riya' dalam hati kita. Kalau gue pribadi untuk memproteksi diri dari penyakit hati yang satu ini, gue menghindari ngomongin ibadah apa yang gue lakuin, bagi gue sih urusan agama itu hanya diri kita sendiri dan Allah SWT yang tau, sebisa mungkin orang lain ga usah tau, apalagi sampai pasang-pasang status di media sosial, semoga apa yang kita bahas disini menambah ilmu kita semua ya ganbro n sisbro dan bermanfaat bagi kehidupan kita semua :)
0 Response to "Perilaku Tercela : Riya atau Pamer"
Post a Comment