Yuk Saling Memaafkan

Assaalam,

Hola ganbro n sisbro semua, alhamdulilah bisa ketemu lagi disini dan jangan bosen-bosen ya mampir kesini. Nah bertemu lagi kita dengan hari senin, dimana hari ini adalah awal dari rutinitas yang akan kita lakukan seperti biasanya, dan semoga kita tetap semangat menjalankan rutinitas setiap harinya. Senin hari ini cukup spesial ya gan n sisbro semua, kenapa gue katakan spesial? Karena hari ini mulai dari ganbro n sisbro yang bekerja, kuliah, sekolah dan lain sebagainya udah mulai masuk menjalani aktifitas dan yang pasti macet sudah seperti biasanya haha.

Ada satu hal yang unik dari hari pertama kita berutinitas setelah libur lebaran yang sangat menyegarkan haha, yah kalo menurut gue sih semacem tradisi hehe. Seperti biasanya yang dilakukan pertama kali setelah kita libur lebaran tak lain dan tak bukan yaitu bermaaf-maafan, ketika bertemu atau berpapasan dengan teman, sahabat,atasan,guru, dosen dan lainnya yang kita kenal secara otomatis kita menjabat tangan dan bilang mohon maaf lahir batin wkwk. Yah yang sebelumnya sering gondok-gondokan, sikut-sikutan berubah jadi suasana yang lebih ramah, bersahabat, hikmah lebaran :')

Nah yang mau gue bahas kali ini adalah tentang maaf-maafan nya ini, sebelum lebih jauh, yuk mari kita lihat ayat dibawah ini ya gan n sisbro :

“Jadilah engkau pema’af dan suruhlah orang mengerjakan yang ma’ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh.”  - (QS. Al-A'raf : 199)

Yap kita sebagai manusia yang merupakan makhluk sosial, dimana kita membutuhkan bantuan orang lain dalam beraktifitas, nah namanya manusia yang punya karakter yang ga sama satu sama lainnya, udah jadi hal yang lumrah bahwa saat manusia berinteraksi seringkali terjadi clash antara satu sama lain, wah apalagi di dunia kerja, buat gan n sisbro yang udah kerja pasti tau kan rasanya dan kejamnya dunia kerja lol. Nah moment pasca lebaran ini lah yang bisa kita gunakan untuk saling memaafkan seperti perintah Allah SWT diatas.

Memaafkan merupakan suatu proses untuk menghentikan perasaan dendam, jengkel, atau marah karena merasa disakiti atau dizhalimi. Pemberian maaf (forgiveness) sendiri, menurut ahli psikologi Robert D. Enright, adalah kesediaan seseorang untuk meninggalkan kemarahan, penilaian negatif, dan perilaku acuh-tidak-acuh terhadap orang lain yang telah menyakitinya secara tidak adil. Melengkapi pandangan Enright di atas, Thompson mendefinisikan pemberian maaf sebagai upaya untuk menempatkan peristiwa pelanggaran yang dirasakan sedemikian hingga respon seseorang terhadap pelaku, peristiwa, dan akibat dari peristiwa yang dialami diubah dari negatif menjadi netral atau positif. 

Memaafkan memang kadang bukan perkara mudah. Butuh proses dan perjuangan untuk melakukannya, apalagi kalau suatu hal yang membuat kita marah, kesal, kecewa dan lainnya itu benar-benar menusuk kehati (halah bahasanya haha). Adanya kebaikan bagi diri kita dan bagi orang lain akan menjadikan memaafkan menjadi sesuatu yang mungkin dilakukan. Seorang ahli psikologi dari Universitas Stanford California, Frederic Luskin, pernah melakukan eksperimen memaafkan pada sejumlah orang. Hasil penelitian Luskin menunjukkan bahwa memaafkan akan menjadikan seseorang: (a) Jauh lebih tenang kehidupannya. Mereka juga (b) Tidak mudah marah, tidak mudah tersinggung, dan dapat membina hubungan lebih baik dengan sesama. Dan yang pasti, mereka (c) Semakin jarang mengalami konflik dengan orang lain.
  
Kita percaya bahwa sekalipun suatu perbuatan salah atau memalukan kita lakukan, tetap ada jalan bagi seseorang untuk memperbaiki diri. Jalan untuk menghapus perbuatan yang memalukan atau perbuatan salah adalah menghapus kesalahan dengan jalan sosial (meminta maaf kepada orang lain) dan spiritual (bertaubat kepada Tuhan) dan melakukan perbuatan yang baik dengan jalan sosial (berbuat positif kepada sesama) dan spiritual (berbuat baik kepada Allâh).


Satu hal positif yang semestinya dilakukan untuk menghapus perbuatan salah adalah meminta maaf. Kalau perbuatan salah itu terarah kepada seseorang, pemintaan maaf mestinya diarahkan kepada seseorang atau keluarga yang menjadi korban. Bila kesalahan itu tertuju kepada banyak orang, maka permintaan maaf itu semestinya dilakukan secara terbuka, melalui pers.  Sebagai contoh, Sri Sultan Hamengkubuwono X meminta maaf kepada warga Yogyakarta, karena beliau tidak berhasil menyukseskan mandat masyarakat Yogya agar beliau menjadi RI-1.

Selain itu, permintaan maaf sesungguhnya punya manfaat agar orang-orang yang menjadi objek dari perbuatan salah tidak melakukan tindakan yang destruktif dan agresif. Sebagaimana kita ketahui, seringkali orang yang menjadi objek kezhaliman melakukan pembalasan dengan cara yang lebih keras. Temuan dalam psikologi sosial menunjukkan bahwa agresivitas lebih sering didasari oleh alasan membalas perkataan atau perbuatan agresif orang lain. Dalam hal ini yang jadi permasalahan adalah balasan itu umumnya lebih keras dibanding rasa sakit yang diterima seseorang.

Yah semoga maaf-maafan kita hari ini dan idul fitri kemarin benar membawa perubahan buat kita semua ya gan n sisbro, bukan hanya sekedar maaf-maafan yang hanya dari bibir semata, namun semoga benar-benar dari hati yang tulus sehingga membawa perubahan diri kita menjadi pribadi yang jauh lebih baik lagi kedepannya :).

“Perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih baik dari sedekah yang diiringi dengan sesuatu yang menyakitkan (perasaan si penerima). Allah Maha Kaya lagi Maha Penyantun.” - (QS. Al-Baqarah : 263)




0 Response to "Yuk Saling Memaafkan "

Post a Comment

wdcfawqafwef