Hola ganbro n sisbro semua, semoga dihari sabtu ceria ini diberikan nikmat iman, nikmat sehat, dan nikmat lainnya :)
Yap pada hari sabtu ini, tanggal 16 May 2015 bertepatan dengan tanggal merah yang sayangnya berada di hari sabtu, padahal kalau dipindah jadi hari senin pasti lebih keren haha. Well tanggal 16 hari ini menjadi merah bukan karena si 16 lagi datang bulan (lol), tetapi ini adalah hari libur nasional di Indonesia karena merupakan perayaan Isra Mi'raj junjungan besar kita Nabi Muhammad SAW.
Mungkin dari Jumat kemarin sudah mulai terasa nih perayaan isra mi'raj ini, biasanya pasti banyak khatib di shalat jumat kemarin yang ngebawain materi isra mi'raj di ceramahnya hehe. Hal ini bukan tanpa dasar sih sebetulnya, karena emang karena keesokan harinya adalah hari perayaan Isra Mi'raj dan juga hikmah yang sangat besar kepada umat islam khususnya karena dalam kejadian isra mi'raj inilah nabi kita mendapatkan perintah untuk melaksanakan shalat 5 waktu.
Isra
Mi’raj Nabi Muhammad SAW – Seringkali di kalangan masyarakat kita, dalam
mendefinisikan isra dan mi’raj, mereka menggabungkan Isra Mi’raj menjadi satu
peristiwa yang sama dan memang hari liburnya dijadiin satu, padahal kalo dipisah jadi dua kan lebih banyak liburnya (lol). Sebenarnya Isra dan Mi’raj merupakan dua peristiwa
yang berbeda loh. Dan untuk meluruskan hal tersebut, pada artikel kali ini gue
bermaksud mencoba mengupas tuntas pengertian isra dan mi’raj, sejarah isra mi’raj nabi Muhammad SAW serta hikmah dari perjalanan isra’ mi’raj Nabi Besar Muhammad SAW, disadur dari berbagai sumber so cekidot ganbro n sisbro semua.....
Pengertian / Definisi Isra dan
Mi’raj
Isra
Mi’raj sebetulnya adalah dua bagian dari perjalanan yang dilakukan oleh Nabi Muhammad dalam
waktu satu malam saja. Kejadian ini merupakan salah satu peristiwa penting bagi
kita umat Islam khususnya, karena pada peristiwa ini Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa
Sallam mendapat mandat atau perintah langsung untuk menunaikan shalat lima waktu dalam 24 jam atau sehari semalam.
Isra’
dan Mi’raj merupakan dua cerita perjalanan yang berbeda. Isra’ merupakan kisah
perjalanan Nabi Muhammad dari Masjidil Haram di Mekkah ke Masjidil Aqsa di
Yerussalem. Sedangkan Mi’raj merupakan kisah perjalanan Nabi dari bumi naik ke
langit ketujuh dan dilanjutkan ke Sidratul Muntaha (akhir penggapaian) untuk
menerimah perintah langsung di hadirat Allah SWT.
Namun
karena dua peristiwa ini terjadi pada waktu yang bersamaan maka disebutlah
peristiwa Isra’ Mi’raj. Selama perjalanan agung ini nabi ditemani oleh Malaikat Jibril dengan
menunggangi Buraq. Peristiwa Isra’ Mi’raj terjadi dalam waktu singkat, yaitu
hanya dalam satu malam, suatu hal yang mustahil sebetulnya, tapi ketika Allah SWT berkehendak maka terjadilah :)
Isra
Mi’raj terjadi pada periode akhir kenabian di Makkah sebelum Rasulullah Shallallahu
Alaihi wa Sallam hijrah ke Madinah. Menurut al-Maududi dan mayoritas ulama,
Isra Mi’raj terjadi pada tahun pertama sebelum hijrah, yaitu antara tahun
620-621 M. Menurut al-Allamah al-Manshurfuri, Isra Mi’raj terjadi pada malam 27
Rajab tahun ke-10 kenabian, dan inilah yang paling populer.
Seperti yang tadi dibahas Isra Mi’raj terbagi dalam 2 peristiwa yang berbeda. Dalam Isra, Nabi Muhammad
Shallallahu Alaihi wa Sallam “diberangkatkan” oleh Allah SWT dari Masjidil
Haram hingga Masjidil Aqsa. Lalu dalam Mi’raj Nabi Muhammad SAW dinaikkan ke
langit sampai ke Sidratul Muntaha yang merupakan tempat tertinggi. Di sini
Beliau mendapat perintah langsung dari Allah SWT untuk menunaikan shalat lima
waktu.
Bagi
umat Islam, peristiwa tersebut merupakan peristiwa yang sangat berharga, karena ketika
inilah salat lima waktu diwajibkan, dan tidak ada Nabi lain yang mendapat
perjalanan sampai ke Sidratul Muntaha seperti ini. Walaupun begitu, peristiwa
ini juga dikatakan memuat berbagai macam hal yang membuat Rasullullah SAW
sedih.
Sejarah / Kisah Perjalanan Isra’
Mi’raj Nabi Muhammad SAW
Perjalanan
dimulai Rasulullah mengendarai buraq bersama Jibril. Jibril berkata, “turunlah
dan kerjakan shalat”.
Rasulullahpun
turun. Jibril berkata, “dimanakah engkau sekarang ?”
“tidak
tahu”, kata Rasululullah.
“Engkau
berada di Madinah, disanalah engkau akan berhijrah “, kata Jibril.
Perjalanan
dilanjutkan ke Syajar Musa (Masyan) tempat penghentian Nabi Musa ketika lari
dari Mesir, kemudian kembali ke Tunisia tempat Nabi Musa menerima wahyu, lalu
ke Baitullahmi (Betlehem) tempat kelahiran Nabi Isa AS. Kemudian terjadilah
peristiwa pembelahan dada Nabi Muhammad untuk disucikan dengan air Zamzam oleh
Malaikat Jibril di samping Ka’bah sebelum berangkat ke Masjidil Aqsha di
Yerussalem sebagai kiblat nabi-nabi terdahulu.
Sesampainya
di Yerussalem, Jibril menurunkan Rasulullah dan menambatkan kendaraannya.
Setelah Rasululullah memasuki masjid ternyata telah menunggu Para nabi dan
rasul. Rasulululah bertanya : “Siapakah mereka ?”
“Saudaramu
para Nabi dan Rasul”.
Nabi
Muhammad kemudian menjadi imam bagi nabi-nabi terdahulu ketika melaksanakan
salat sunnah dua rakaat di Masjidl Aqsa. Jibril membawa dua gelas minumam
berisi susu dan arak, Nabi memilih susu sebagai isyarat bahwa umat Islam tidak
akan tersesat.
Kemudian
Jibril membimbing Rasul kesebuah batu besar, tiba-tiba Rasululullah melihat
tangga yang sangat indah, pangkalnya di Maqdis dan ujungnya menyentuh langit.
Kemudian Rasulullah bersama Jibril naik tangga itu menuju kelangit tujuh dan ke
Sidratul Muntaha.
“Dan sesungguhnya nabi Muhammad telah melihat
Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain, yaitu di Sidratul
Muntaha. Di dekatnya ada surga tempat tinggal, (Muhammad melihat Jibril) ketika
Sidratull Muntaha diliputi oleh sesuatu yang meliputinya. Penglihatannya
(Muhammad) tidak berpaling dariyang dilihatnya itu dan tidakpula melampauinya.
Sesungguhnya dia telah melihat sebahagian tanda-tanda (kekuasaan) Tuhannya yang
paling besar.” (QS. An-Najm : 13 – 18).
Di
langit pertama Muhammad bertemu dengan Nabi Adam A.S, di langit kedua bertemu
dengan Nabi Isa dan Yahya A.S, di langit ketiga bertemu dengan Nabi Yusuf A.S,
di langit keempat bertemu dengan Nabi Idris A.S, di langit keenam bertemu
dengan Nabi Musa A.S dan di langit ketujuh bertemu dengan Nabi Ibrahim A.S.
Dari
Sa’id bin Al Musayyib, dari Abu Hurairah, ia berkata bahwa Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
« حِينَ أُسْرِىَ بِى لَقِيتُ مُوسَى – عَلَيْهِ السَّلاَمُ – ».
فَنَعَتَهُ النَّبِىُّ -صلى الله عليه وسلم- « فَإِذَا رَجُلٌ – حَسِبْتُهُ قَالَ
– مُضْطَرِبٌ رَجِلُ الرَّأْسِ كَأَنَّهُ مِنْ رِجَالِ شَنُوءَةَ – قَالَ –
وَلَقِيتُ عِيسَى ». فَنَعَتَهُ النَّبِىُّ -صلى الله عليه وسلم- « فَإِذَا
رَبْعَةٌ أَحْمَرُ كَأَنَّمَا خَرَجَ مِنْ دِيمَاسٍ ».
- يَعْنِى حَمَّامًا – قَالَ « وَرَأَيْتُ إِبْرَاهِيمَ –
صَلَوَاتُ اللَّهِ عَلَيْهِ – وَأَنَا أَشْبَهُ وَلَدِهِ بِهِ – قَالَ – فَأُتِيتُ
بِإِنَاءَيْنِ فِى أَحَدِهِمَا لَبَنٌ وَفِى الآخَرِ خَمْرٌ فَقِيلَ لِى خُذْ
أَيَّهُمَا شِئْتَ. فَأَخَذْتُ اللَّبَنَ فَشَرِبْتُهُ . فَقَالَ هُدِيتَ
الْفِطْرَةَ أَوْ أَصَبْتَ الْفِطْرَةَ أَمَا إِنَّكَ لَوْ أَخَذْتَ الْخَمْرَ
غَوَتْ أُمَّتُكَ ».
“Ketika aku
diisra’kan (diperjalankan), aku bertemu Musa ‘alaihis salam.” Lalu Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam mensifatinya dengan mengatakan bahwa ia adalah pria yang
tidak gemuk yang berambut antara lurus dan keriting serta terlihat begitu
gagah.
Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Aku pun bertemu ‘Isa.” Lalu
beliau mensifati ‘Isa bahwa ia adalah pria yang tidak terlalu tinggi, tidak
terlalu pendek dan kulitnya kemerahan seakan baru keluar dari kamar mandi.
Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Aku pun bertemu Ibrahim -shalawatullah
‘alaih- dan aku adalah keturunan Ibrahim yang paling mirip dengannya. Aku
pun datang dengan membawa dua wadah. Salah satunya berisi susu dan yang lainnya
khomr (arak). Lantas ada yang mengatakan padaku, “Ambillah mana yang engkau
suka.” Aku pun memilih susu, lalu aku meminumnya.” Ia pun berkata, “Engkau
benar-benar berada dalam fithrah. Seandainya yang kau ambil adalah khomr, tentu
umatmu pun akan ikut sesat.” (HR. Muslim no. 168).
"Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan
hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang
telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari
tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui." (Q.S Al Isra (17):1)
Selanjutnya
Rasulullah melanjutkan perjalanan menghadap Allah tanpa ditemani Jibril.
Rasulullah membaca yang artinya : “Segala penghormatan adalah milik Allah,
segala Rahmat dan kebaikan“.
Allah
berfirman yang artinya: “Keselamatan bagimu wahai seorang nabi, Rahmat dan
berkahnya“.
Rasul
membaca lagi yang artinya: “Keselamatan semoga bagi kami dan hamba-hamba Allah
yang sholeh.”
Berfirman
Allah SWT : “Hai Muhammad Aku mengambilmu sebagai kekasih sebagaimana Aku telah
mengambil Ibrahim sebagai kesayanagan dan Akupun memberi firman kepadamu
seperti firman kepada Musa Akupun menjadikan umatmu sebagai umat yang terbaik
yang pernah dikeluarkan pada manusia, dan Akupun menjadikan mereka sebagai umat
wasath (adil dan pilihan), Maka ambillah apa yang aku berikan kepadamu dan
jadilah engkau termasuk orang-orang yang bersyukur“.
“Kembalilah
kepada umatmu dan sampaikanlah kepada mereka dari Ku”. Nabi kemudian menerima
perintah untuk membawa amanah Allah berupa salat 50 waktu dalam sehari semalam
untuk Nabi Muhammad dan umatnya.
Kemudian
Rasulullah turun ke Sidratul Muntaha. Dalam perjalanan pulang di langit keenam,
beliau bertemu Musa A.S. Terjadilah percakapan di antara keduanya, Musa
menanyakan apa yang dibawa Muhammad setelah menghadap Allah. Muhammad kemudian
menjelaskan mengenai perintah untuk melakukan salat 50 waktu dalam sehari semalam.
Musa lantas menyuruh Muhammad untuk kembali menghadap Allah dan meminta
keringanan.
Muhammad
lantas kembali kehadirat Allah untuk meminta keringanan. Permintaan tersebut
dikabulkan, perintah salat diturunkan menjadi 45 kali. Setelah itu Muhammad
kembali dan bertemu lagi dengan Musa. Dikisahkan Nabi Muhammad SAW sempat
beberapa kali pulang pergi untuk meminta keringanan salat, hingga akhirnya
turun menjadi lima kali dalam waktu sehari semalam.
Setelah
perintah salat diturunkan menjadi lima waktu dalam sehari semalam, dikisahkan
bahwa Nabi Musa masih menyuruh Muhammad untuk meminta keringanan. Tapi Nabi
Muhammad tidak berani lagi melakukannya karena malu pada Allah, ia pun rela dan
ikhlas dengan ketentuan tersebut. Nabi akhirnya kembali dengan membawa perintah
salat selama lima waktu yang kita kenal sebagai salat Subuh, Zuhur, Asar,
Magrib dan Isya.
Kemudian
Jibril berkata : “Allah telah memberikan kehormatan kepadamu dengan
penghormatan yang tidak pernah diberikan kepada seorangpun dari makhluk Nya
baik malaikat yang terdekat maupun nabi yang diutus. Dan Dia telah membuatmu
sampai suatu kedudukan yang tak seorangpun dari penghuni langit maupun penghuni
bumi dapat mencapainya. Berbahagialah engkau dengan penghormatan yang diberikan
Allah kepadamu berupa kedudukan tinggi dan kemuliaan yang tiada bandingnya.
Ambillah kedudukan tersebut dengan bersyukur kepadanya karena Allah Tuhan
pemberi nikmat yang menyukai orang-orang yang bersyukur”.
Lalu
Rasulullah memuji Allah atas semua itu.
Kemudian
Jibril berkata : “Berangkatlah ke surga agar aku perlihatkan kepadamu apa yang
menjadi milikmu disana sehingga engkau lebih zuhud disamping zuhudmu yang telah
ada, dan sampai lah disurga dengan izin Allah SWT. Tidak ada sebuah tempat pun
aku biarkan terlewatkan”. Rasul melihat gedung-gedung dari intan mutiara dan
sejenisnya, Rasul juga melihat pohon-pohon dari emas. Rasul melihat disurga apa
yang belum pernah dilihat mata, belum pernah didengar telinga dan tidak
terlintas dihati manusia. Semua itu membuat Rasul kagum dan untuk mengejar
surgalah mestinya manusia beramal. Kemudian Rasululullah diperlihatkan neraka
sehingga rasul dapat melihat belenggu-belenggu dan rantai-rantainya selanjutnya
Rasulullah turun ke bumi dan kembali ke masjidil haram menjelang subuh.
Mendapat Mandat Shalat 5 waktu
Sebetulnya lebih wajar untuk dipertanyakan, bukannya bagaimana Isra’ Mi’raj, tetapi
mengapa Isra’ Mi’raj terjadi? Jawaban pertanyaan ini sebagaimana kita lihat
pada ayat 78 surat al-lsra’, Mi’raj itu untuk menerima mandat melaksanakan
shalat Lima waktu. Jadi, shalat inilah yang menjadi inti peristiwa Isra’Mi’raj
tersebut. Maka celakalah umat islam yang masih lalai meninggalkan shalat, karena tanpa kemurahan hati Allah SWT kita akan shalat 50 waktu sehari semalam, apa kita ga malu kepada Allah yang sudah menurunkan kewajiban shalat hanya menjadi 5 waktu dan kita masih sering bolos melakukannya? Semoga ini menjadi tambahan ilmu dan renungan untuk kita bersama :)
0 Response to "Sejarah Isra Mi'raj"
Post a Comment